
Kedua kubu pendukung tampak saling bersahutan menyanyikan chant kebanggaan tim masing-masing. Fans Inter Milan, yang mengenakan kostum biru-hitam khas Nerazzurri, memenuhi tribun dengan semangat yang menyala-nyala. Mereka datang dengan semangat balas dendam setelah gagal menutup musim Serie A sebagai juara. Tak sedikit dari mereka terlihat menggantungkan spanduk-spanduk raksasa bertuliskan “Forza Inter” dan “Inzaghi alla vittoria”.

Di sisi lain stadion, suporter PSG tak kalah heboh. Mengenakan jersey berlogo Qatar Airways, beberapa dari mereka bahkan memilih melepas atasan mereka, ikut memanaskan atmosfer di dalam stadion. Gaya ini sempat mengundang candaan dari penonton netral, menyebut suasana di Allianz malam ini “mirip tribun Newcastle” karena tingginya antusiasme dan aksi nekat para pendukung Les Parisiens yang berdiri dengan penuh ekspresi.

“Saya bahkan nyaris tidak bisa mendengar pikiran saya sendiri karena bisingnya suara suporter,” tulis jurnalis Inggris Harry Bamforth dalam laporannya langsung dari dalam stadion. “Ini atmosfer yang benar-benar gila — dalam arti positif,” tambahnya. Kedua belah pihak tampak bertekad untuk “menang sebelum laga dimulai”, setidaknya di sektor tribun penonton.
Tak hanya di stadion, efek euforia final ini juga terasa hingga ke Paris. Bahkan pertandingan tenis di French Open sempat terganggu oleh bunyi kembang api yang dinyalakan oleh fans PSG di sekitar Parc des Princes, sebagai bentuk dukungan dari jarak jauh untuk tim kesayangan mereka.
Pertandingan ini pun bukan sekadar duel antar dua klub top Eropa, tapi juga pertemuan antara pengalaman melawan energi muda. Rata-rata usia skuad inti PSG malam ini tercatat sebagai yang termuda dalam sejarah final Liga Champions di abad ke-21, yakni 25 tahun 96 hari. Sebaliknya, Inter Milan akan turun dengan rata-rata usia 30 tahun 242 hari, menjadikan mereka salah satu tim tertua yang tampil di partai puncak.
Dengan atmosfer seperti ini, tensi final semakin tinggi. Sorakan, warna, dan semangat dari suporter yang memenuhi Allianz Arena malam ini seolah menjadi babak pembuka dari duel epik yang tinggal hitungan menit untuk dimulai. Siapapun yang akan keluar sebagai pemenang, satu hal sudah pasti: malam ini, sepak bola sedang merayakan dirinya sendiri di Munich.